KECOA

Kecoa termasuk dalam ordo Dictyoptera, mempunyai kulit yang keras dan bersayap, terdiri ± 3.500 spesies dan tersebar di seluruh dunia. Kecoa merupakan hewan malam (nocturnal), habitatnya ditempat yang lembab dan hangat. Kecoa mempunyai bau yang khas, karena sekresi yang dikeluarkan dari tubuhnya. Sampai saat ini belum ada bukti nyata bahwa kecoa mengakibatkan timbulnya penyakit. Akan tetapi ada beberapa bakteri dan mikroorganisme penyebab penyakit yang dibawa oleh kecoa (kecoa sebagai carrier-nya). Kecoa merupakan inang atau vector pembawa penyakit bukan penyebab penyakit.

 

PENGENDALIAN KECOA

SANITASI

Yaitu bertuk perlakuan yang dilakukan customer baik merupakan tindakan yang tepat untuk membatasi atau mengurangi populasi kecoa. Sumber makanan harus dihilangkan misalnya dengan mengumpulkan sampah dalam trasbag/polibag (kantung sampah), menutup celah dan retakan yang bisa menjadi tempat resting kecoa, mengatur pembuangan air kotor dengan baik, dan jangan menumpuk barang terlalu tinggi dan tidak tertata.

 

NON – CHEMICAL

Pada metode ini, pengendalian dilakukan secara fisik dan biologi, sehingga relatif tidak ada bahan kimia yang digunakan.

Pengendalian secara fisik telah disinggung di atas, yakni berupa penambalan atau penutupan bagian dari bangunan yang retak atau bercelah dengan menggunakan semen, plat besi ataupun kayu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sarang kecoa yang ada di area tersebut. Selain itu juga dapat mencegah serangga dari luar masuk ke area dalam. Teknik ini dikenal dengan Teknik Eksklusi. Jenis lain dari teknik ini, adalah dengan menggunakan perangkap lem untuk mencegah kecoa naik melalui kaki meja, lemari atau furniture lainnya.

Jenis pengendalian non kimiawi lainnya, adalah dengan menggunakan panas tinggi lebih dari 1200F selama beberapa jam. Atau dengan suhu dingin 00F selama 60 menit (atau beberapa jam pada 320F). Teknik ini efektif untuk mengendalikan populasi kecoa Jerman pada area dan barang yang tidak diperbolehkan menggunakan bahan kimia atau adanya efek residu, misalnya : toaster, jam, buku, dll.

Di alam terdapat banyak predator, parasit dan organisme lanilla yang secara alami membatasi populasi kecoa ini. Hal ini disebut dengan pengendalian secara biologi. Beberapa jenis lebah atau tawon meletakkan telurnya di Ootheca kecoa, khususnya kecoa amerika. Larva tawon ini akan memakan telur kecoa. Predator lainnya adalah laba-laba ukuran besar. Sedangkan dari kelompok mikroorganisme, adalah : cendawan dan bakteri lainnya yang dapat menurunkan populasi kecoa. Akan tetapi kelompok ini hanya bisa bekerja pada kondisi tertentu.

Kelemahan dari pengendalian secara biologi ini, adalah prosesnya yang lambat dan hasil yang tidak konsisten, sehingga jarang digunakan pada program pengendalian kecoa.

 

CHEMICAL USED

Prinsip dasar dari pengendalian secara kimiawi ini, adalah  bagaimana bahan kimia tersebut bisa sampai ke hama target. Adapun jenis bahan kimianya bervariasi, antara jenis Wettable Powder (WP), Emulsifiable Concentrates (EC), maupun gel. Golongan bahan  kimiawinya pun  dapat berupa  Organo Phospat (OP) dan  Sintetik  Piretrois (SP). Aplikasi pelaksanaan untuk pengendalian kecoa dapat berupa spraying, dusting dan baiting. Kunci dasar pengendalian kecoa, adalah mencari dan menemukan sarang kecoa sebanyak-banyaknya dan melakukan treatment di tempat tersebut. Sarang kecoa bisa berupa celah, retakan yang sempit, lembab, hangat dan basah.

RAYAP

Salah satu serangga yang populer di masyarakat adalah rayap. Menjadi terkenal karena menimbulkan kerusakan pada bangunan dan benda-benda seperti lemari, meja, kursi, lukisan, karpet, buku-buku, bahkan pakaian. Kerusakan yang ditimbulkan mulai dari skala ringan hingga berat yaitu sampai terancam robohnya suatu bangunan atau rusaknya benda-benda seni yang bernilai sangat mahal.

Upaya mengendalikan serangan rayap diperlukan pengenalan dan pengetahuan yang baik terhadap serangga ini sehingga saat menjelaskan ke kalangan awam atau menjawab berbagai pertanyaan seputar rayap dan pengendaliannya, kita dapat memberikan penjelasan ataupun jawaban yang tepat.

Pengendalian rayap secara pengumpanan

Memanfaatkan perilaku rayap (tropallaxis dan foraging).

Teknik pengendalian chemical barrier masih memiliki kelemahan dengan adanya keluhan (complain) munculnya rayap pada bangunan yang sudah ditreatment. Untuk mengatasi hal tersebut maka diupayakan teknik lain, yaitu  teknik pengendalian baiting system. Teknik ini tergolong baru dan dipasarkan mulai tahun 1995 di Amerika Serikat.

Prinsip dari teknik ini adalah  menaruh umpan yang sudah diberi bahan kimia agar dimakan oleh rayap. Bahan kimia akan bereaksi setelah rayap memakannya dapat berupa gangguan pertumbuhan (Insect Growth Inhibitor) yang menyebabkan kematian rayap atau kematian rayap langsung (Slow Action Insecticide).

TIKUS

Tikus merupakan hewan mengerat (Rodensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang, dan hewan penganggu yang menjijikkan diperumahan. Terdiri dari 28 keluarga, 468 jenis, 2.052 spesies dan merupakan hewan terbesar dalam kelas mamalia. Tikus juga dikenal sebagai sumber penular dari beberapa penyakit.

Tikus memiliki struktur tubuh yang sangat efektif, cepat berkembang biak, kemampuan beradaptasi terhadap berbagai jenis habitat dan cuaca, serta cerdik mengambil kesempatan untuk mencari makan, mengerat dan memilih sarang atau tempat tinggal.

Tikus bersifat neophilic yaitu tertarik dan menyelidik sesuatu yang baru, sumber makanan baru, sarang baru serta bersifat neophobic yaitu sangat berhati-hati dengan segala sesuatu yang baru ditemukan. Tikus got dan tikus atap cenderung lebih neophobic bila dibanding dengan mencit (tikus rumah / nying nying).

PENGENDALIAN TIKUS

  1. Non-chemical control
    • Sanitasi – mereduksi makanan dan shelter sekecil mungkin.
    • Rodent proofing – mengubah struktur bangunan sehingga tikus tidak dapat masuk ke dalam bangunan.
    • Trapping – menggunakan perangkap atau lem untuk menangkap tikus.
    • Glueboards

Trapping dapat digunakan untuk  :

Area dimana tikus yang mati tidak bisa ditolerir.

Area dimana penggunakan chemical tidak diperkenankan.

Untuk membersihkan tikus yang masih tersisa akibat ”bait shyness” sesudah program bait.

2. Chemical Control

Melibatkan berbagai chemical dan tekknik seperti  :

  • Baiting
  • Menggunakan tracking powders (radun dust) dan gel.
  • Menggunakan fumigant (gas beracun)